Langsung ke konten utama

La Francais a Grande Vitesse

            Hallo ceman-cemin kuuuh, sudah lama tak bersua nih.. Bersuara maksudnya. Apa kabar nih kalian semua, semoga baik-baik saja yaaa. Aamiin.. Selama libur apa saja nih agenda kalian? Yang pasti anak rantauan pada pulang dong ke rumah tercintanya. Kalo aku syik sibuk banget. Menyibukan diri menaruh lamaran sana-sini, sama cari kegiatan event. Nah, event yang aku mau bocorin nih soal negara yang paling romantic gitu. Tau dong negara apa? Yaps, negara Prancisss..
            La Francais a Grande Vitesse ini nama dari event tersebut. Arti dari namanya sih, berarti kereta tercepat di Prancis. Event yang berada di bawah naungan Universitas Negeri Jakarta ini merupakan acara tahunan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sastra Prancis. Nyesel sih kenapa tahun ini baru tau acara ini, padahal ini udah memasuki angkatan ke-13 (kalo gak salah sih hihihi). Mau tau kronologi acara ini ngapain aja? Yuk cekidot...
              - Acara yang diselenggarakan selama seminggu ini, cukup menarik perhatian para mahasiswa/i loh. Karena kenapa? Peserta yang mengikuti acara ini tidak hanya dari UNJ saja, melainkan kampus-kampus negeri maupun swasta yang ada di penjuru tanah air. Lah wong, panitianya saja sampai gak percaya kalo pesertanya melebihi kuota dan terdiri dari 8 kelas.
             - Dengan membayar Rp 70.000,- untuk selama seminggu, kita sudah mendapatkan buku bahasa Prancis, sertifikat dan totebag lho.

             - Di hari pertama pukul 09:00 WIB, semua peserta melakukan registrasi di gedung Daksinapati, Fakultas Ilmu Pendidikan. Pembagian buku latihan bahasa Prancis.

             - Opening. Sebelum pembagian kelas, panitia menyajikan sambutan dan pengenalan anggota. Tidak lupa, peserta juga disuguhi musik-musik khas Prancis, drama Prancis dan sambutan dengan bahasa Prancis. Awalnya sih aneh, ketawa-tawa gitu dengerinnya kocak.

             - Nah, pas pembagian kelas. Berharap banget dapat tutor yang cowok ganteng itu. Yang pas di panggung pegang bass. Mirip banget sama Ben Joshua hahaha. Tapi nyatanya dapat cewek. Ehh tapi tunggu dulu..

             - Chanel. Yaps, itu nama kelas ku. Dengan tutor wanita muslimah yang masih muda. Kak Dara namanya. Salah satu mahasiswi UNJ jurusan Sastra Prancis semester 9 yang (mau) menghadapi skripsi katanya. Sama asisten tutornya, Kak Niko Aryanto, mahasiswa semester 3 dengan jurusan yang sama.
Nah, ini tutor ku. Kak Dara namanya. Cantik kan?
  Pas awal-awal masuk sih kok asing aja gitu. Gak ada yang aku kenal semua. Untungnya, kak Dara ini orangnya welcome banget sama kita semua. Kelas kita ini terdiri dari (sekitar) 20 orang-an gitu. Ada yang dari Binus, UNJ, Poltekkes Bandung, dan Univ Pancasila. Ada yang anak teknik, kesehatan, sastra jurusan lain, komunikasi, dan jurnalis tv. Woww! Dan yang bikin kagetnya lagi, salah satu diantara kita itu udah ada yang mahir ngomong Prancis. Tutornya aja sampai shock. Ternyata dia belajar otodidak dari youtube. Orang itu adalah.... Pemilik Kampus Update!
Yang paling ujung main hp, nah itu si pemilik Kampus Update
   Sewaktu awal registrasi, udah dapet temen 2 orang. Namanya kak Ulfah, sama kak Zahira. Tapi kita semua beda kelas. Aku juga ngajak om ku (om ku ini sebaya kok usianya dengan aku). Tiap selesai kelas, aku suka nunggu dia di depan lift. Karena beda kelas juga sama dia, aku dapet kenalan lagi dari kelasnya. Namanya Adam, mahasiswa baru di Univ Negeri Yogyakarta, sastra Prancis juga. Sebelum pulang biasanya kita makan di kantin sana. Sampai dikiranya kita anak baru loh hahaha.
Ini om ku, si Abdul (Depan) dan disampingnya si Adam
  Karena aku sempat merasa udah nyaman sama lingkungan sana, dan besoknya adalah materi di hari terakhir. Yaudah aku coba buat brownies mocha ala-ala aku gitu untuk anak-anak kelas. Pas mereka tester, ternyata responnya positif. Woww! Setelah materi berakhir, kita foto bareng gitu ala-ala wisuda hahaha. Sedih sih tapi yaa namanya pertemuan pasti ada perpisahan. Setelah acara ini berakhir, kita semua semakin dekat. Bahkan tiap harinya saling menyapa di grup line.
Sesi Kegiatan Belajar Mengajar
Tutor yang humble dan suasana kelas yang super aktif ini yang bakal dikangenin
Kak Dara sewaktu menjelaskan materi dihari pertama
Tuh kan betapa antusiasnya kita buat belajar bahasa Prancis ini
Inilah tutor ku, beliau the best banget deh. Tiap kita nanya, pasti besoknya dicariin jawabannya
Dan inilah kita, pasukan dari team Chanel
- Closing. Tepat di pengujung acara, ini adalah hari paling ditunggu-tunggu. Pembagian sertifikat, nonton bareng film Prancis dan dapat makanan khas Prancis juga lho! Film yang kita nonton adalah Le Petit Nichola sama yang film pendeknya lupa judul nih hihihi Pas pembagian sertifikat, namaku di panggil paling pertama. Sedih banget, karena masa menjadi Mahasiswa Kilat Unjiv Negeri Jakarta harus berakhir. Nah, makanan khas Prancis ini namanya Baguette, paling cocok dimakan dengan cream soup karena teksturnya yang agak keras.

Oh iya, big thanks for Kak Niko Aryanto yang udah dokumentasiin kita selama seminggu ini. Sayangnya gak ada fotonya nih buat di upload juga hahaha.
Selesai sudah menjadi mahasiswi kilatnya UNJ
            "Merci beaucoup mademoisille, untuk mengajar selama seminggu ini. Pengalaman luar biasa yang berarti banget untuk perjalanan hidup kita. Terimakasih sudah diberi kesempatan menjadi mahasiswi UNJ (Maba Kilat). Semoga ketemu dilain kesempatan guys, dan semangat menempuh skripsinya, mademoisille. Merci beaucoup pour UNJ, yang udah mengadakan event ini. Sukses buat kita semua..."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STORY TELLING-MU

Waktu tak pernah lelah Menyaksikan perubahan kita Kau semakin kuat pada prinsipmu Aku yang terus mencoba menjaga diri Agar kelak kita bertemu dengan keadaan yang tepat Tatapanmu yang sendu Garis wajah mu yang menukik Pola pikirmu yang kian panjang Pertanda kau kian dewasa Mendewasakan diri dan orang Orang yang kan kau ajak dalam proses hidupmu Menjadi bagian dan arti dalam setiap prosesmu hingga nanti Kata orang, yang diajak untuk bercerita tentang masa depan Belum tentu kan bersama dan menyatu Tapi ku suka, menjadi bagian story telling mu Ku suka akan setiap pemikiranmu Mungkin, sekarang kita hanya menjadi teman bercerita Teman berproses tanpa arah yang pasti Kelak nanti, kita sama-sama tidak mengetahui Dengan siapa aku dan dirimu bersanding Jika pada akhirnya kita tak bersama sesuai Di  Lauhul Mahfudz Apa bisa kita saling bercerita Mengenai analogmu Dan proyeksi rasaku?

HUSNUL KHOTIMAH YA

Gue selalu takut ketika bahagia. Bukan rasa syukur yang pertama kali gue ucap. Tapi ketakutan setelahnya apa yang sedang menunggu gue diujung sana? Beberapa waktu terakhir gue memang merasakan bahagia. Entah itu semu atau sesaat. Walaupun setelah itu, tubuh gue merasa lelah. Tapi gue bahagia. Sekarang, rasa sedih itu memuncak. Gak tau hal pasti apa yang gue sedihkan. Apakah karena komunikasi gue dengan keluarga semakin a lot? Atau gue merasakan kehilangan teman dekat gue? Sehingga posisi itu kosong? Setelah gue mendengarkan coveran dari Wonwoo dari lagunya IU. Barulah gue bisa menitikan air mata meski gak banyak. Setidaknya, ada emosi yang meluap dari tubuh ini. Baru gue sadari, gue kangen sama Almarhum. Terlalu banyak hal yang ingin gue tanyakan. Bahkan hal-hal yang belum sempat gue tanyakan. Gue pun sering lupa menanyakan kabarnya. Malah Almarhum yang sering menanyakan kabar gue. Dan sekarang gue merasa kosong. Merasakan kehilangan separuh jiwa, panutan gue. Amanahnya sering

HALO! REMINDER TO MY SELF :)

Halo, apa kabar diriku di sana? Aku harap, kamu tetap baik-baik saja ya. Mampu bertahan, serta berbuat baik tanpa merasa disakiti oleh siapapun. Ah ya, sekarang sudah memasuki bulan Agustus 2022. Masa di mana akan ada ujian lagi yang akan menghampiri aku di bulan depan. Kalau kamu bertanya apa yang berubah dalam hidupku di masa ini, mungkin ada beberapa yang bisa ku sampaikan. Pertama, di tahun ini aku banyak dapat keponakan lucu-lucu. Teman-teman ku banyak yang melahirkan di tahun ini. Kedua, teman seangkringan dan juga om ku yang akan melepaskan status single-nya. Selamat ya guys! Asli, turut berbahagia 🥺 Aku? Hm.. Mungkin kalau sesuai planning seharusnya aku sudah menjemput kebahagiaan. Entah mengapa, rasa ketakutan akan menjalin dan membina hubungan itu semakin besar. Bisa jadi karena faktor lingkungan yang membuatku belajar semakin banyak. “Kalau nanti, begini gimana?” “Kalau nanti dijahatin, gimana?” “Kalau ternyata ekspetasi dia sangat tinggi terh