Langsung ke konten utama

BEBAS MACET IMPIAN WARGA JAKARTA



            Jakarta terdiri dari 7 huruf, 1 kata, 1 arti. MACET pun sudah menjadi maskot kota Jakarta. Ya, sejak lahir saya sudah dibesarkan di Ibukota metropolitan ini. Entah mengapa semakin kesini, tiap tahunnya semakin parah macetnya. Saya rindu, Ibukota sewaktu saya kecil dulu. Setelah saya pahami mengapa Jakarta bisa semakin membludak macetnya, ini bukan persoalan siapa yang salah, siapa yang harus memberantas. Tapi ini persoalan kita semua.
            Tingkat kemacetan setiap tahunnya semakin diperparah karena presentase kendaraan yang setiap harinya semakin meningkat. Mengapa demikian? Warga Jakarta yang sudah dipenuhi rasa gengsi dan sifat indidualisme yang tinggi ini merupakan faktor utama penyebab kemacetan. Mereka gengsi untuk menggunakan transportasi massal yang sudah disediakan pemerintah. Mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi yang dianggap cukup berada dan lebih efisien untuk penggunaan waktu dan ongkos. Hampir diseluruh titik kemacetan disebabkan volume kendaraan yang meningkat dan pelanggaran tata tertib pengguna jalan.
            Kedua, upaya pemerintah dalam mengatasi kemacetan belum maksimal. Mengapa? Yuk mari kita teliti seksama. Jika pemerintah menginginkan warga Jakarta beralih menggunakan transportasi massal, sudahkah maksimal keamanan untuk si pengguna transportasi itu? Jika sudah, mengapa masih saja ada kebakaran dalam bus Transjakarta, penumpukan penumpang di stasiun, dan pembunuhan serta pemerkosaan dalam angkutan umum? Mengapa masih ada pembangunan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta? Mengapa masih dibangun mall? Apakah ratusan mall yang berada di Jakarta masih kurang?
            Ketiga, peran Polisi Lalu Lintas (POLLANTAS) sudah bagus untuk menertibkan lalu lintas. Namun upaya yang mereka lakukan belum berhasil. Karena sudah menjadi makan sehari-hari, saya pernah melihat polisi yang membiarkan pengendara yang melanggar lalu lintas. Alasannya cukup mudah, "biarin aja udah sering mereka begitu". Cukup miris mendengar polisi yang berkata demikian. Tapi saya bisa berbuat apa? Ini bukan hanya salah polisi, pemerintah, ataupun warga Jakarta. Tapi ini salah kita bersama.
            Saya berharap TMC Polda Metro Jaya, untuk kedepannya bisa mengatasi masalah kemacetan ini dengan secara bijak. Tidak ada lagi yang melupakan akan tugas dan kewajibannya untuk membela kebenaran demi kenyaman di ibukota. Tidak ada lagi razia dengan suap menyuap. Tapi mohon tunjukan surat tugas sebelum meminta surat-surat si pelanggar. Dan tolong beri slip warna biru untuk denda si pelanggar. Dengan cara begitu, uang denda tersebut akan masuk ke uang kas negara. Serta upaya pemerintah dan warga Jakarta untuk saling bahu membahu untuk mendukung aksi perubahan Jakarta yang lebih baik. Dengan pemerintah memaksimalkan usaha yang dilakukan, dengan begitu warga Jakarta sudah merasa aman untuk menggunakan transportasi massal.
            Semoga beberapa tahun mendatang, kita semua bisa memberantas kemacetan. Dan terima kasih TMC Polda Metro Jaya yang sudah memberikan pelayanan yang terbaik selama ini untuk menginformasikan keadaan Jakarta setiap detiknya. Serta selamat ulang tahun yang ke-60 untuk SATLANTAS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STORY TELLING-MU

Waktu tak pernah lelah Menyaksikan perubahan kita Kau semakin kuat pada prinsipmu Aku yang terus mencoba menjaga diri Agar kelak kita bertemu dengan keadaan yang tepat Tatapanmu yang sendu Garis wajah mu yang menukik Pola pikirmu yang kian panjang Pertanda kau kian dewasa Mendewasakan diri dan orang Orang yang kan kau ajak dalam proses hidupmu Menjadi bagian dan arti dalam setiap prosesmu hingga nanti Kata orang, yang diajak untuk bercerita tentang masa depan Belum tentu kan bersama dan menyatu Tapi ku suka, menjadi bagian story telling mu Ku suka akan setiap pemikiranmu Mungkin, sekarang kita hanya menjadi teman bercerita Teman berproses tanpa arah yang pasti Kelak nanti, kita sama-sama tidak mengetahui Dengan siapa aku dan dirimu bersanding Jika pada akhirnya kita tak bersama sesuai Di  Lauhul Mahfudz Apa bisa kita saling bercerita Mengenai analogmu Dan proyeksi rasaku?

HUSNUL KHOTIMAH YA

Gue selalu takut ketika bahagia. Bukan rasa syukur yang pertama kali gue ucap. Tapi ketakutan setelahnya apa yang sedang menunggu gue diujung sana? Beberapa waktu terakhir gue memang merasakan bahagia. Entah itu semu atau sesaat. Walaupun setelah itu, tubuh gue merasa lelah. Tapi gue bahagia. Sekarang, rasa sedih itu memuncak. Gak tau hal pasti apa yang gue sedihkan. Apakah karena komunikasi gue dengan keluarga semakin a lot? Atau gue merasakan kehilangan teman dekat gue? Sehingga posisi itu kosong? Setelah gue mendengarkan coveran dari Wonwoo dari lagunya IU. Barulah gue bisa menitikan air mata meski gak banyak. Setidaknya, ada emosi yang meluap dari tubuh ini. Baru gue sadari, gue kangen sama Almarhum. Terlalu banyak hal yang ingin gue tanyakan. Bahkan hal-hal yang belum sempat gue tanyakan. Gue pun sering lupa menanyakan kabarnya. Malah Almarhum yang sering menanyakan kabar gue. Dan sekarang gue merasa kosong. Merasakan kehilangan separuh jiwa, panutan gue. Amanahnya sering

HALO! REMINDER TO MY SELF :)

Halo, apa kabar diriku di sana? Aku harap, kamu tetap baik-baik saja ya. Mampu bertahan, serta berbuat baik tanpa merasa disakiti oleh siapapun. Ah ya, sekarang sudah memasuki bulan Agustus 2022. Masa di mana akan ada ujian lagi yang akan menghampiri aku di bulan depan. Kalau kamu bertanya apa yang berubah dalam hidupku di masa ini, mungkin ada beberapa yang bisa ku sampaikan. Pertama, di tahun ini aku banyak dapat keponakan lucu-lucu. Teman-teman ku banyak yang melahirkan di tahun ini. Kedua, teman seangkringan dan juga om ku yang akan melepaskan status single-nya. Selamat ya guys! Asli, turut berbahagia 🥺 Aku? Hm.. Mungkin kalau sesuai planning seharusnya aku sudah menjemput kebahagiaan. Entah mengapa, rasa ketakutan akan menjalin dan membina hubungan itu semakin besar. Bisa jadi karena faktor lingkungan yang membuatku belajar semakin banyak. “Kalau nanti, begini gimana?” “Kalau nanti dijahatin, gimana?” “Kalau ternyata ekspetasi dia sangat tinggi terh