Keraguanku selama ini, akhirnya menemukan garis finish.
Alhamdulillah, bukan caci maki yang ku ucapkan pada saat pertama
ku tau.
Namun, hanya sebuah untaian kata,
“hah? Beneran? Becanda kali ini mah”.
Ku coba tuk mengumpulkan semua nyawa serta asa yang ku
bangun dari tempat tidurku.
“hmm.. sepertinya iya, beneran. Yaudah alhamdulillah”.
“tapi kok gak bilang?”
“tapi kok omongannya gak sesuai ucapannya pada saat itu”.
Mungkin, dia khilaf. Masih dalam euforia kebahagian.
Baiklah, jawabku pada diriku sendiri.
Wanita yang baik akan bersanding dengan laki-laki yang baik.
Begitu pula sebaliknya.
Aku dan dia sama-sama tidak baik untuk bersanding.
Maka dari itu, takdir hanya membawa kita untuk berjumpa dan
berkenalan.
Awalnya ku merasa, doaku selama ini sia-sia.
Tapi aku mencoba husnudzon kepada sang pemilik hati.
Ku kembalikan barang dia yang ada di kamar, termasuk barang
yang pernah dia pinjam.
Ku simpan rapi di lemari agar tak terjamah oleh mata ku.
Begitupun beberapa foto tempat yang pernah kita datangi.
Maksudku, jika sudah punya pilihan tolong kasih tau aku.
Bukannya aku mencari tau dengan sendirinya.
Sakit memang, tapi itu lebih baik daripada aku tau dari
orang lain.
Kan aku sudah pernah bilang, “jika suatu saat nanti sudah punya
rencana nikah, mau sama siapapun itu. Tolong kabari aku, karena kita gak bakal
bisa seperti ini terus. Begitupun aku sebaliknya”
Ku rasa memori ingatan dia cukup tajam, tapi kenapa dia melupakan
hal itu?
Entahlah.
Dia juga pernah berkata, “kalau belum sah tak perlu
dipublikasikan seperti anak-anak lainnya”.
Nyatanya, dia pun juga sama.
Hanya saja, wajah perempuan pilihannya masih dirahasiakan.
Tapi aku sudah mengetahuinya lebih dulu.
Hihi lucu ya?
Kalau perempuan lainnya, biasanya membutuhkan waktu untuk
menyembuhkan luka.
Aku pun juga sama.
Hanya saja, semua akses komunikasi dengannya tidak aku block
satupun.
Aku ingin menjadi perempuan yang mampu menghadapi kenyataan
dengan lapang dada tanpa harus membencinya.
Memang sudah fasenya usia kepada dua lewat, sedikit
banyaknya pernah mengalami ini.
Kesalahanku hanya tidak membuat persiapan, jika ini semua
terjadi.
Kini, aku semakin membatasi diri dengan laki-laki di luar
sana.
Termasuk teman-temanku yang sudah punya pilihannya masing-masing.
Karena sejatinya, perempuan tidak mau sakit hati ketika
melihat laki-laki pilihannya dekat dengan teman perempuannya.
Aku pun perempuan, maka dari itu aku menerapkan ini untuk
diriku sendiri.
Selamat berjuang dalam doa, usaha, dan ikhtiar.
Semangat menemukan jawaban atas semua pertanyaan yaa!
Komentar
Posting Komentar