“Duh, kolot banget pikiran dan prinsip hidupmu, Ndah!”
Suka terngiang kalau orang-orang akan menghujat aku seperti itu.
Gimana tidak? Aku selalu membatasi diri untuk interaksi fisik ataupun komunikasi.
Baik, yang baru pacaran, tunangan ataupun yang sudah menikah bahkan punya anak.
Yaaah, walaupun dulu teman sepermainan. Kadang, sebagai perempuan juga harus sadar akan batasannya.
Kenapa? Agak tidak ada yang tersakiti. Baik diri sendiri ataupun orang lain.
Tapi, ada teman kuliah yang dari dulu tidak pernah berubah bahkan udah beranak istri.
Becandanya, panggilannya, dan karakternya. Ya, berubah sedikit sih selera humornya. Sesuai statusnya. Canda^^
Dari sini aku sadar, sepertinya aku yang terlalu membuat tembok tinggi itu kepada sekitar karena tidak mau merasakan kecewa. Tapi, tanpa sadar aku (mungkin) yang sudah bikin mereka kecewa.
Baik, dengan ini aku akan melonggarkan batasan itu dengan batas wajar. Tidak mungkin juga kan aku harus mendorong mereka jauh-jauh dari hidupku?
Waktu tak pernah lelah Menyaksikan perubahan kita Kau semakin kuat pada prinsipmu Aku yang terus mencoba menjaga diri Agar kelak kita bertemu dengan keadaan yang tepat Tatapanmu yang sendu Garis wajah mu yang menukik Pola pikirmu yang kian panjang Pertanda kau kian dewasa Mendewasakan diri dan orang Orang yang kan kau ajak dalam proses hidupmu Menjadi bagian dan arti dalam setiap prosesmu hingga nanti Kata orang, yang diajak untuk bercerita tentang masa depan Belum tentu kan bersama dan menyatu Tapi ku suka, menjadi bagian story telling mu Ku suka akan setiap pemikiranmu Mungkin, sekarang kita hanya menjadi teman bercerita Teman berproses tanpa arah yang pasti Kelak nanti, kita sama-sama tidak mengetahui Dengan siapa aku dan dirimu bersanding Jika pada akhirnya kita tak bersama sesuai Di Lauhul Mahfudz Apa bisa kita saling bercerita Mengenai analogmu Dan proyeksi rasaku?
Komentar
Posting Komentar