안녕하세요..
I'm come back again.
Sudah cukup lama vakum dari blog ku sendiri, mungkin ini titik jenuh yang sudah mendidih dan harus dipadamkan kembali.
Okezipp!
Banyak hal yang terlintas dan terpikiran setiap orang itu tidaklah sama. Mau mulai dari mana? Dari mata turun ke hati?
Awas nanti baper, melow lagi~
Sini, adek persamakan dulu ya bang, mba, mas..
***
Kamu yang berjenis, bergender, ataupun berkelamin sekalipun yang kodratnya perempuan pasti tahu ya jika yang sudah baligh dalam islam hukumnya apa?
WAJIB
Yap, 100 buat kamu, kamu buat aku. Lah?
Perempuan yang sudah baligh diwajibkan menutup auratnya. Sebagai mana ia menjaga pandangannya.
Ada salah satu ungkapan, entah itu hadist atau ayat Qur'an, berbunyi: "hendaklah kamu julurkan hijabmu hingga menutupi dadamu".
Ilmu aku belum sedalam sumur di ladang, jadi harap maklum jika lupa sumbernya dari mana.
***
KILAS BALIK
Beberapa orang yang baru mengenal aku, mungkin menganggap aku (maaf) syar'i atau anak majelis. Yang keseharian hingga aktifitas di rumah mengenakan pakaian serba panjang.
TIDAK
Aku belum setaat itu! Ini semua masih proses. Asli, mungkin mereka yang mengenalku di saat waktu hijrah, mereka pasti akan mengatakan, YOI.
Aku memutuskan untuk berhijab beberapa tahun yang lalu. Sekitar sekolah kelas XI SMK.
Jadi, dulu ada peraturan di waktu ramadhan semua siswi wajib mengenakan jilbab. Setelah ramadhan berakhir, sempat ragu mau meneruskan mengenakan jilbab atau tidak.
Keraguan itu tidak hanya di sekolah, tapi juga di rumah.
Bayangkan saja, ketimbang beli terigu ke warung tanpa mengenakan jilbab saja berasa aku keluar dengan kepala gundul.
Sejak saat itu, aku bertekad untuk mengenakannya, in syaa Allah hingga detik ini.
Jangan disangka itu mudah.
Aku pernah di bawa ke sudut ruang kelas untuk di introgasi dengan teman cowok. (Maaf ya bang kalau merasa, hehehe). Dulu aku sekolah di SMK yang mayoritas kelas isinya 32 cowok, dan 8 cewek.
Dia berkata, "lo kenapa pakai jilbab? Kan sudah lebaran"
Aku jawab, "lah, emang kenapa? Kepengen aja. Gak ada alasan untuk sebuah perubahan baik bukan?" (Oke yang ini lebay. Aku cuma jawab ditanda tanya awal).
-
Pernah juga dilabrak sama teman satu sekolah, tapi dia cewek perkasa dari jurusan yang isinya cewek-cewek yang doyan dandan.
Dia labrak di depan tiang benderan sewaktu pulang sekolah. Sedih kan, kalau dilihat gebetan saat itu. (Astagfirullah, maaf dede khilaf).
Dia berkata, "lo ngapain pakai jilbab? Mau nutupin aib lo ya?"
Wahahaha syaiton nih orang. Deket nggak, punya masalah juga nggak. Bisa-bisa asal nge-judge orang.
***
Lain sekolah, lain pula kuliah.
Dari awal memutuskan berhijab, aku jarang sekali mengenakan rok. Kalau pun hangout, jilbab yang dipakai juga biasa aja.
Segiempat, paris hilton.
Sifat cuek yang sudah monoton dari lahir, membuat aku ya sudah pakai celana, jaket/kemeja, jilbab tinggal on the way ke kampus.
Tapi, entah di semester berapa. Ada panggilan hati untuk memakai rok terus, dan itu berlangsung hampir 1 semester.
Mungkin karena di waktu itu hampir mengenakan rok setiap hari, ada teman yang heran.
Dia berkata, "rok lo mana, Ndah? Kok pakai celana".
Dengan nada biasa saja sih, cuma kok agak sakit ya. Apa mungkin karena dia menegurnya di depan warung makan tempat biasa anak-anak pada kumpul?
Bisa jadi.
Kalau boleh diperjelas nih. Dia dulunya juga sama kayak aku. Cuma dia gak konsisten dan balik lagi. Bahkan pacaran. Duhhh..
***
Terus ada juga yang bikin aku terharu.
Dia bilang, "Ndah, gue mau deh kayak lo yang konsisten pakai jilbab mau di foto atau nggak. Tegur gue ya kalau khilaf".
Aku jawab, "semua orang pasti bisa kok. Oh yaudah, in syaa Allah nanti gue tegur ya".
DAN.......
Itu kejadian.
Aku negur untuk pertama kalinya, kedua kalinya, hingga berkali-kali.
Yowis, cah ndableg ora dari atine yowislah sing penting aku wis negur.
Akhirnya aku capek sendiri, dan yaudah aku biarin aja.
Intinya, selagi ada yang menegur kita, berarti dia itu peduli.
Tapi, jika orang sudah bodo amatan, tandanya dia sudah gak peduli.
(Just your information, ini hanya sekedar uneg-uneg yang selama ini tidak pernah terealisasikan. Bukan untuk menghakimi, menggurui, atau menyakiti. Di sini aku yang pernah tersakiti. Walau tidak terucap saja)
Komentar
Posting Komentar