Langsung ke konten utama

Cucu Ulama Vs Anak Pendeta



            Malam ini mungkin bisa jadi malam yang kesekian ratus kali aku memikirkan hal yang sama. Hal yang tidak akan ada jalan keluarnya. Aku masih mempertanyakan jika Tuhan memang satu, mengapa ada berbagai macam agama? Mengapa kami di bedakan? Haruskah selamanya cinta ini terhalang oleh dinding besar bagaikan tembok raksasa di China yang tidak akan rapuh selamanya? Allah, harus kepada siapa aku bertanya? Orang tua ku? Keluarga ku? Teman-teman ku? Yang ada aku hanya di ceramahi oleh mereka. Bantu aku ya Allah, berikanlah jawaban mu itu.
            Aku sadar keluarga ku berdiri karena dilandasi pedoman agama. Begitu pun juga dia yang berpegang teguh dengan kitabnya. Satu point plus untuk kita berdua yang sama-sama taat beragama. Tapi bagaimana mungkin kita bersama jika hidup kita berpegang teguh karena agama. Aku yang tidak akan mungkin dan tidak akan pernah masuk agama mu, dan sebaliknya begitu pun dengan mu.
            Aku yang dilahirkan sebagai cucu ulama dan kamu sebagai anak pendeta. Sudah jelas bukan kuatnya agama dalam keluarga kita? Pernah ku bertanya dengan salah satu teman ku. Mengapa cinta kita yang berbeda ini selalu menjadi perbincangan banyak orang? “Asal kamu tau ndah, jika salah satu diantara kalian ada yang ikut dengan agama pasangannya, maka keluargalah yang paling merasa kecewa. Mengapa? Karena mereka yang selama ini mengurus kalian dari dalam kandungan hingga besar mendidik kalian dengan agama tapi kalian keluar dari agama tersebut, buat apa didikan mereka selama ini? Terbuang sia-sia bukan? Itulah sebabnya cinta beda agama paling di khawatirkan oleh keluarga”.
            Sempat ku berpikir, ada di abad keberapa ya jika didunia ini hanya ada satu agama saja. Kasihan mereka yang menjadi korban cinta tapi beda. Rasanya lebih sakit daripada cinta segitiga, segiempat, persegi dan cinta sesama jenis mungkin. Karena sampai maut memisahkan tidak akan bisa menyatu. Andaikan hidup ku ini bagaikan ftv cinta yang endingnya sudah bisa terlihat saat pandangan pertama. Mungkin tidak akan serumit ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STORY TELLING-MU

Waktu tak pernah lelah Menyaksikan perubahan kita Kau semakin kuat pada prinsipmu Aku yang terus mencoba menjaga diri Agar kelak kita bertemu dengan keadaan yang tepat Tatapanmu yang sendu Garis wajah mu yang menukik Pola pikirmu yang kian panjang Pertanda kau kian dewasa Mendewasakan diri dan orang Orang yang kan kau ajak dalam proses hidupmu Menjadi bagian dan arti dalam setiap prosesmu hingga nanti Kata orang, yang diajak untuk bercerita tentang masa depan Belum tentu kan bersama dan menyatu Tapi ku suka, menjadi bagian story telling mu Ku suka akan setiap pemikiranmu Mungkin, sekarang kita hanya menjadi teman bercerita Teman berproses tanpa arah yang pasti Kelak nanti, kita sama-sama tidak mengetahui Dengan siapa aku dan dirimu bersanding Jika pada akhirnya kita tak bersama sesuai Di  Lauhul Mahfudz Apa bisa kita saling bercerita Mengenai analogmu Dan proyeksi rasaku?

NYOBAIN - Round Lab Birch Juice Moisturizing

Annyeonghaseyo .. Sudah lama enggak nulis, jadi agak canggung dan kaku. Pertama kalinya, gue mau review salah satu skincare yang lagi gue pakai saat ini. Mungkin salah satu diantara kalian udah ada yang tau (?) Enggak tau juga sih, soalnya jarang lihat beauty vlogger review ini. Ini bukan skripsi yang harus pakai pengantar panjang dan resmi, okeii.. ** Kulit wajah gue ini termasuk oily skin, di mana yang mudah banget mantul kena cahaya. Baik itu lampu maupun matahari. Kalau kulit sehat pasti glowing dan enak dilihat saat kena cahaya. Nah, kalo kulit gue ini jadi agak (mianhae diriku) de-mek dan bukan gue doang yang risih tapi juga orang lain yang melihat gue. Kayak bolang, bocah ilang. Meskipun gue sudah pakai serangkaian yang diperlukan my skin, rasanya masih bersalah kayak ada yang kurang gitu. Yaps, gue enggak pakai moisturizer atau pelembab. Selama ini gue pikir, sunscreen aja cukup buat aktivitas di luar. Nyatanya, kulit gue jadi enggak sehat karena dehidrasi.

Ini Cerita ku, Mana Cerita mu

Semilir hembusan angin malam menemaniku. Cahaya bulan menemani bintang bersinar. Malam ini, ya hanya aku yang masih bertahan depan laptop. Seluruh orang rumah sudah terlelap. Tumpukan tugas tergambar jelas jika memasuki kamar ku. Kamar ini bagaikan gudang yang tak terawat. Entah mengapa akhir-akhir ini pola hidup ku jauh berubah. Setiap ayah memasuki kamar ku diatas jam 12 malam, pasti berkata, "astagfirullah anak gadis jam segini belum tidur, mau jadi apa kamu dan jangan bilang alasannya tugas tugas tugas yaah" Tapi ini kenyataannya, jadi mahasiswa itu tidak seenak yang dibayangkan, yang di filmkan di tv-tv. Sesungguhnya jadi mahasiswa itu sangatlah berat! Ya, beratnya bagaikan memikul dosa. Meski tidak terlihat namun menjalaninya sangatlah susah. Biar hidup ini ngga suram-suram banget. Terkadang kita perlu loh mencari penyemangat untuk menjalani hidup ini, Hihihihi tapi sayangnya teman-teman di kampus udah klop banget. Mereka itu bagaikan suplement makanan. Kalo s