Malam ini mungkin bisa jadi malam yang kesekian ratus
kali aku memikirkan hal yang sama. Hal yang tidak akan ada jalan keluarnya. Aku
masih mempertanyakan jika Tuhan memang satu, mengapa ada berbagai macam agama?
Mengapa kami di bedakan? Haruskah selamanya cinta ini terhalang oleh dinding
besar bagaikan tembok raksasa di China yang tidak akan rapuh selamanya? Allah,
harus kepada siapa aku bertanya? Orang tua ku? Keluarga ku? Teman-teman ku?
Yang ada aku hanya di ceramahi oleh mereka. Bantu aku ya Allah, berikanlah
jawaban mu itu.
Aku sadar keluarga ku berdiri karena dilandasi pedoman
agama. Begitu pun juga dia yang berpegang teguh dengan kitabnya. Satu point
plus untuk kita berdua yang sama-sama taat beragama. Tapi bagaimana mungkin
kita bersama jika hidup kita berpegang teguh karena agama. Aku yang tidak akan
mungkin dan tidak akan pernah masuk agama mu, dan sebaliknya begitu pun dengan
mu.
Aku yang dilahirkan sebagai cucu ulama dan kamu sebagai
anak pendeta. Sudah jelas bukan kuatnya agama dalam keluarga kita? Pernah ku
bertanya dengan salah satu teman ku. Mengapa cinta kita yang berbeda ini selalu
menjadi perbincangan banyak orang? “Asal kamu tau ndah, jika salah satu
diantara kalian ada yang ikut dengan agama pasangannya, maka keluargalah yang
paling merasa kecewa. Mengapa? Karena mereka yang selama ini mengurus kalian
dari dalam kandungan hingga besar mendidik kalian dengan agama tapi kalian
keluar dari agama tersebut, buat apa didikan mereka selama ini? Terbuang
sia-sia bukan? Itulah sebabnya cinta beda agama paling di khawatirkan oleh
keluarga”.
Sempat ku berpikir, ada di abad keberapa ya jika didunia
ini hanya ada satu agama saja. Kasihan mereka yang menjadi korban cinta tapi
beda. Rasanya lebih sakit daripada cinta segitiga, segiempat, persegi dan cinta
sesama jenis mungkin. Karena sampai maut memisahkan tidak akan bisa menyatu.
Andaikan hidup ku ini bagaikan ftv cinta yang endingnya sudah bisa terlihat
saat pandangan pertama. Mungkin tidak akan serumit ini.
Komentar
Posting Komentar